Hai
sobat shelter, sudah lama sekali ya nggak bersua. Gimana kabarnya? Semoga
sehat-sehat saja, ya. Belum lama ini, kasus COVID-19 naik tajam, bahkan
beberapa negara mulai menutup diri dari Indonesia untuk sementara karena
dikhawatirkan akan membawa. COVID-19 jika berkunjung ke negara mereka. Ngeri
banget, ya? Jadi, tetap di rumah saja dan jika terpaksa sekali untuk keluar,
harap patuhi protokol kesehatan yang berlaku.
Meskipun
kita masih berada di tengah situasi pandemi, beberapa instansi pendidikan sudah
memulai tahun ajaran baru. Di kampus kita tercinta, UIN Maulana Malik Ibrahim,
juga sudah mulai mengadakan kegiatan belajar mengajar secara daring sejak 31
Agustus 2020. Kalau secara daring, mahasiswa dituntut untuk lebih aktif dari
biasanya seperti mengajukan pertanyaan ke dosen atau teman yang presentasi.
Tapi pernah nggak sih sobat, kalian merasa malu banget bertanya di kelas
padahal udah mempersiapkan pertanyaan dengan kalimat yang baik dan benar, eh
pas di kelas malah diam aja? Kira-kira kenapa kok bisa begitu? Apakah karena
kita malu atau malas? Bisa jadi keduanya atau bisa jadi ada alasan lain yang
melatarbelakangi perilaku kita tersebut.
Seorang
mahasiswa bernama Levina, membagikan ceritanya saat berpartisipasi dalam sebuah
bootcamp mengenai entrepreneurship di Syracuse University, Syracuse, New York
selama beberapa minggu pada tahun 2018. Menurutnya, di sana terdapat beberapa
hal yang menurutnya akan sangat keren jika diterapkan oleh tenaga pendidik di
Indonesia, antara lain :
1. Passionate. Tenaga pengajar di Amerika
terlihat menikmati pekerjaannya, mengajar secara fun dengan penjelasan yang
menarik. Mereka sangat peduli terhadap perkembangan muridnya.
2. Menghargai dan mengapresiasi pendapat.
Ketika seorang murid bertanya atau mengungkapkan pendapat, mereka selalu
menghargai dan mengapresiasinya. Hal tersebut mampu membangun rasa percaya diri
siswa dan memberikan contoh kepada murid lainnya untuk tidak menjadi seorang
yang judgemental. Sangat terlihat jelas bahwa mahasiswa disana tidak takut
untuk berpendapat dan bertanya, walaupun terkadang pertanyaannya begitu receh
menurut saya. Saya sebagai orang Indonesia yang belajar disana merasakan
kesulitan untuk berpendapat karna sudah terbiasa dengan cara belajar di
Indonesia.
3. Jumlah siswa tidak terlalu banyak. Dengan
kecilnya perbandingan murid dengan guru, akan lebih mudah bagi guru untuk
mengetahui perkembangan muridnya. Sehingga murid pun mendapatkan perhatian yang
cukup dari guru.
4. Guru tidak merasa superior. Sebagai guru,
mereka tidak merasa keberatan untuk menerima banyak pertanyaan dan kritisi dari
muridnya. Yang saya rasa, mereka terkesan jauh lebih santai dan lebih friendly
dibandingkan guru di Indonesia.
Jadi selain murid, tenaga pendidik juga berperan dalam menciptakan suasana kelas yang nyaman agar para murid tidak merasa malu saat bertanya. Para murid atau mahasiswa juga harus sering berlatih meningkatkan kepercayaan diri, ingat "Malu Bertanya, Sesat di Jalan". Nah, kita sebagai generasi penerus bangsa ini harus bisa mengubah bangsa kita menjadi bangsa yang lebih kritis dan maju dimulai dari hal-hal kecil seperti menciptakan suasana kelas yang nyaman. Semangat, para masa depan bangsa!!!
sumber : quora
Tidak ada komentar:
Posting Komentar