Lautan Ilmu di Tanah Minang
Tanah Minang, pancaran aura yang khas sangat
terasa di bumi Sumatera Barat. Arsitektur bangunan yang sangat terkenal di
seluruh penjuru bumi pertiwi ini terletak pada rumah Gadang yang beratapkan
runcing seperti tanduk kerbau dan menyimpan filosofi tersendiri. Tidak pernah
terbesit dalam hati, kalau saya akan menginjakkan kaki di bumi Sumatera Barat
ini. Berawal dari tawaran ketua umum KSR-PMI Unit Universitas Islam Negeri
Malang (UIN Malang) untuk mengikuti pelatihan nasional yang diadakan oleh
KSR-PMI Unit Universitas Bung Hatta (UBH) Padang Sumatera Barat. Tawaran itu
langsung saya terima hingga akhirnya saya bisa berada di kota Padang Sumatera
Barat dan mengikuti kegiatan Pelatihan Pertolongan Pertama dan Penyelamatan di
Air Nasional I.
Kegiatan ini dimulai dengan acara seminar
nasional yang bertema “Kampus Siaga Bencana”. Tema ini diambil dengan latar berlakang negara Indonesia dikenal dengan negara maritim yang terdiri dari 5 pulau besar dan ribuan pulau
kecil, juga diarungi oleh Samudera Hindia dan Pasifik. Indonesia diapit oleh
dua benua yaitu Asia dan Australia, serta dilalui oleh lempengan Eurasia dan Australia, yang menyebabkan negara ini rentan terhadap
bencana. Seminar ini membahas mengenai
Manajemen Penanggulangan Bencana. Kampus siaga bencana termasuk ke dalam salah satu
fase dalam manajemen penanggulangan bencana. Kampus siaga bencana adalah kampus
yang memiliki fasilitas untuk menghadapi bencana alam dan bisa mengurangi
dampak bencana yang datang dari mana saja dan kapan saja, serta memilik sumber
daya manusia yang mengetahui tindakan apa saja yang harus dilakukan ketika
bencana datang. Dengan mengaca kepada bencana yang dialami provinsi Sumatera
Barat pada tahun 2009 yaitu gempa berkekuatan 7,6 skala richter, pemerintah provinsi
Sumatera Barat telah bertindak siaga dengan melakuan pembenahan dan berbagai
upaya untuk mengurangi dampak bencana yang akan datang kapan saja. Berbagai
gedung tahan gempa dan tsunami dibangun untuk shelter ketika bencana
datang.
Kegiatan lainnya adalah pelatihan pertolongan
pertama (PP) yang dilatih oleh pelatih dari PMI provinsi Sumatera Barat. Materi
yang dianjarkan adalah materi PP standar PMI seluruh indonesia, mulai dari
penilaian, cidera sistem otot rangka, cidera jaringan lunak, bantuan hidup
dasar dan resusitasi jantung paru (BHD RJP) dan lainnya yang ada dalam materi
pertolongan pertama. Selain pelatihan PP saya juga mendapatkan pelatihan
mengenai radio komunikasi (RAKOM). Pelatihan ini sangat jarang diadakan, bahkan
PMI baru sekali mengadakan pelatihan mengenai RAKOM ini.
Kegiatan selanjutnya adalah pelatihan
penyelamatan di air atau bisa disebut dengan Water Rescue (SAR air). Materi tentang Water
Rescue disampaikan oleh Aipda Tusiyat dari Kanit SAR PolAir Polda provinsi Sumatera Barat. SAR
adalah usaha mencari dan menolong / menyelamatkan nyawa atau harta yang menghilang
atau yang akan menghilang, yang dimaksud dengan harta yang akan menghilang
adalah harta benda yang terapung-apung di air dan jika tidak segera
diselamatkan maka harta itu akan menghilang. Dalam melakukan pertolongan di
air, keselamatan bagi penolong adalah prinsip dasar yang harus diperhatikan
pada setiap tindakan, dan jangan sampai ada timbul korban berikutnya, baik si
penolong maupun penonton. Oleh karena itu seorang water rescue harus memiliki persyaratan
yang tidak bisa ditawar, yaitu pertama orang itu harus memiliki kemampuan
berenang minimal 200m pulang-pergi serta harus menguasai water
trappen yaitu kemampuan mengapung di air kurang lebih 15-30 menit. Syarat yang
kedua seorang water rescue harus mengerti medical
first responden (pertolongan pertama & RJP). Syarat ketiga, harus mengetahui cara
pengoperasian boat. Kemudian syarat yang keempat yaitu harus mengerti teknik
pertolongan di air. Syarat terakhir yang harus dimiliki penolong adalah fisik
yang prima. Selanjutnya adalah materi tentang metode pertolongan di air, metode
pertolongan di air adalah tahapan / urutan langkah untuk memudahkan para
penolong mengingat apa dan bagaimana ketika menghadapi kecelakaan di air. Untuk
memudahkan ingatan, maka metode diurutkan dari tindakan tang paling kecil resikonya
hingga langkah pertolongan yang penuh resiko, yaitu Reach (jangkau),
Throw (lempar “menggunakan alat”), Row (memakai alat bantu),
Go (pergi berenang mendekati korban), Tow/Carry (menarik / membawa dan
terjadi kontak langsung dengan korban). Jadi inti dari water
rescue usaha untuk mencari orang atau barang yang hilang atau akan hilang di
air dengan syarat-syarat khusus untuk penolong, serta penolong harus mengetahui
teknik penyelamatan di air.
Masih banyak lagi materi mengenai water
rescue yang belum saya jelaskan di
sini, tetapi mungkin pada lain kesempatan akan saya jelaskan seluruh ilmu yang
saya dapat di pelatihan ini. Selanjutnya saya ingin berbagi cerita tentang
pesona alam tanah Minang yang menyimpan lebih dari seratus ribu cerita. Disaat
pelatihan, saya mendapat kesempatan untuk belajar Diving (menyelam), kali pertama
saya memakai alat-alat selam serta menyelam melihat terumbu karang yang masih
kecil dan tumbuh. Selain itu saya juga mendapat kesempatan untuk mengunjungi
Istana Baso Pagaruyung di Batu Sangka, istana yang dulu menjadi pusat pemerintahan, kini menjadi tempat
wisata budaya yang tidak ternilai harganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar