Bu, aku minta
uang untuk beli jajan tadikan sudah bantu ibu masak. Spontan lalu ibuku pun
memarahiku. Semenjak kecil aku memang dibatasi untuk jajan, kalaupun dikasih
pasti ibuku bilang
”untuk ditabung saja! Ngapain jajan terus
yang penting sudah makan”.
Dulu ketika aku
masih duduk di bangku SMP, aku merasa ibu hanya perduli dengan kakak saja.
Apapun yang aku ingin kan tak pernah ibu turuti dengan mudah. Kadang terbesit
dipikiranku ibuku pelit ! aku iri dengan temanku yang selalu bercerita kalau ia
habis dibelikan baju oleh ibunya, habis pergi kesalon bersama ibunya. Dulu aku
hampir tak ada cerita tentang ibuku. Apapun yang aku inginkan aku beli sendiri.
Bu, aku ingin baju itu. Bu, ingin pergi kesalon. Kata-kata itu hampir tak
pernah ia hiraukan. Bahkan ia memarahiku ketika aku mulai meminta ini itu.
Setiap akan
pergi ke sekolah ibuku memberiku uang saku 2000 hingga 2500. Itupun masih harus
aku tabungkan dicelenganku setiap pulang sekolah. Pikirku, aku punya tabungan
juga untuk apa, nantinya aku ambil untuk beli kebutuhanku sendiri. Dan bambu
tua itu menjadi tempat penyimpanan uangku yang paling aman. Ya ibuku
membuatkanku celengan dari bambu bekas.
“Bu, kenapa
tidak ibu belikan aku celengan yang bagus seperti temanku?”. Celengannya lucu
berbentuk kucing. Untuk apa nantinya juga kamu hancurkan, manfaatkan barang
yang masih bisa dimanfaatkan. Ibu kan sudah buatkan kamu celengan dari bambu”
Jawab ibuku sembari menyapu diruang tamu. Lagi lagi aku berpikir ibuku pelit !
Waktu itu
penerimaan raport kelas 11 ( SMA) dengan senyum raut wajah yang bahagia ibuku
keluar dari kelas, ia memberitahu bahwa aku dapat peringkat 1, bahagia nya aku.
Begitu sampai diambang pintu rumah, aku bilang kepada ibuku, “Bu sebagai hadiah
belikan handphone yah bu, yang ini sudah rusak, ini juga aku beli sendiri.
Normi juga sudah dapat rangking 1”. Aku berpikir dalam hati. Aku yakin ibuku
akan membelikan ku handphone. Tapi ternyata aku salah, lagi-lagi aku dimarahi.
“Untuk apa kamu
dapat rangking pertama kalau kamu minta hadiah? Pintar untuk siapa? Untuk kamu
sendiri. Kalau ingin handphone ya nabung mulai dari sekarang”. “Kenapa sih kan
aku cuma minta dibelikan handphone, temanku rangking 4 saja dibelikan
handphone. Yang tidak rangking saja dibelikan ini itu”, jawabku dengan nada
tinggi.
Entahlah kenapa
ibuku selalu bilang demikian, memang menabung itu bagus tapi aku juga ingin
dibelikan. Setidaknya uang tabunganku ingin aku simpan hingga entah kapan. Tapi
kini, setelah hidupku jauh dari ibu, aku mulai merenungkan semua hal yang telah
ibu ajarkan kepadaku. Sekarang aku sangat mencintai ibuku bahkan aku anggap
ibuku sebagai ibu yang luar biasa. Bisa mendidikku dengan sabar hingga akhirnya
aku mengerti kenapa ibuku melakukan semua itu.
Seperti yang aku kutip dari syair lagu IBU
_ Iwan Fals
lewati rintangan untuk aku anakmu
Ibuku masih terus berjalan
Walau tapak kaki penuh darah penuh nanah
“Dengan apa aku membalas “IBU”
Bersyukur terlahir dari rahim seorang ibu
yang tangguh dan hangat sepertinya. Ia adalah Wonder Women di keluargaku. Selama
9 bulan aku bernafas didalam perut ibu, dan pada saat itu juga segala
keperihan, kesusahan yang ibu alami, dengan tangguh dan sabar ia jalani. Hingga
aku pun terlahir ke dunia fana ini. Ibu maffkan aku. Betapa perdulinya ibu,
tapi dulu aku menganggap bahwa ibuku pelit, mengapa bisa aku berpikir demikian,
betapa bodohnya aku. Aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya.
Uang sakuku dulu yang hanya 2500 sekarang
mengajarkan aku untuk menghargai seberapapun uang yang aku miliki harus aku
gunakan sebaik-baiknya. Dan uang yang dulu aku miliki, itupun milik ibu, yang
ibu dapatkan dari bekerja susah payah ia mendapatkan uang, aku hanya bisa
meminta dan menghabiskan.
Celengan bambuku mengajarkan, untuk
memanfaatkan apapun yang masih bisa digunakan untuk tetap bisa dimanfaatkan,
mengutamakan apa yang aku butuhkan bukan yang aku inginkan. Kebiasaanku
menabung yang dulu membuatku menjadi beban, tapi kini aku terbiasa menabung.
Ini mengajarkan aku untuk tidak boros, tidak menghambur-hamburkan uang dengan
membeli sesuatu yang tidak perlu dan dengan tabungan ini aku bisa
memperhitungkan apa saja jika ada pengeluaran yang tak terduga.
Waktu aku rangking 1 minta dibelikan
handphone dan ibuku marah, sekarang aku bisa berpikir aku pandai untuk siapa?
untukku sendiri, ilmu yang aku dapatkan ini untuk bekalku kedepan, orang tua
hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk anaknya. Anaknya pintar itu suatu
hadiah untuk orang tua. Orang tua mana yang tidak bangga jika anaknya pandai?
Orang tua mana yang tidak mendoakan anaknya setiap saat setiap waktu.
Handphone itu, mengajarkan aku selalu
berusaha untuk mendapatkan apa yang aku mau dengan usahaku sendiri. Aku harus
berusaha, tidak boleh bergantung kepada orang lain. Siapa yang menjalani hidup
ini kalau bukan diriku sendiri, apa jadinya jika aku terus bergantung dengan
ibu. Ibu, pastinya tak akan selalu bersamaku.
Ibu maffkan aku, terimakasih ibu, kau telah
mengajarkan aku banyak hal. Hidupku sekarang lebih baik dari yang dulu,
sekarang aku mengerti semua yang dulu ibu ajarkan bermanfaat untukku sekarang
dan mengerti apa artinya bersyukur.
Betapa bersyukurnya aku mempunyai ibu yang
sangat menyayangiku. Ingin rasanya terus disisinya memeluknya setiap waktu.
Kini setelah aku sadar Tak ada seorangpun ibu yang tak menyayangi anaknya. Tak
perduli berapa kali aku membuat ia marah, dengan cara apapun ia akan tetap
menyayangiku. Guru terbaik ialah ibu, dokter terbaik ialah ibu. Karena naluri
seorang ibu tak akan pernah hilang.
Sudahkan kamu meminta maff kepada ibu mu ?
sudahkah kamu bersyukur dengan apa yang kamu miliki sekarang? Sudahkah kamu
berusaha untuk apa yang kamu inginkan? Kini aku terus mengingat
pertanyaan-pertanyaan itu, agar aku selalu ingat apa yang telah ibu ajarkan
kepadaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar