Saat
hal yang dulu tidak akan bisa kembali untuk dirasakan, itu adalah hal yang
sangat menyiksa. Karena perjalanan hanya akan berjalan sekali, begitu juga
dengan kesempatan, dan kali ini Tuhan memberi
jalan yang searah, hingga Dia pun tak dapat menghentikan. Semua hilang, Dia
telah melepas satu hal yang tak bisa Dia kembalikan. Semua berubah di saatnya
mulai merasa, bahwa semua yang telah terlewatkan adalah hal yang tak biasa,
disaatnya telah mengerti bahwa ada yang Dia anggap berarti, disaatnya mulai
sadar tentang arti dari sebuah persahabatan yang Dia jalani, dan disaat itu
pula Dia mulai kehilangan semuanya. Dia kehilangan sosok sahabat pertamanya, sahabat
masa kecilnya, sahabat yang selalu membuatnya merasa bahagia, sahabat yang
memberi pengalaman indah bagi dirinya,
sahabat yang dengannya Dia merasa nyaman, dan kini Dia tak dapat
merasakan semua itu lagi. Dia seperti tak mengenal sosoknya yang dulu, Dia telah
kehilangannya, dan Itu adalah kesalahannya. Kesalahan yang memberi jarak
diantara mereka, dan memisahkan perasaan yang mulai Dia mengerti, bahwa Sahabatnya
adalah orang yang sangat berarti, dan sekarang hanya menyisakan rasa bersalah
untuk dirinya, karena pada kenyataannya, kesadarannya terlambat untuk menghentikan
semuanya, sahabatnya telah pergi dan
hilang untuk dirinya. Naura, Dia adalah Naura, yang merindukan kenangan masa
lalunya.
“bruuk.”
Suara buku yang terjatuh tepat di hadapannya.
“dreeet,
dreet” Suara getar di handphone serentak berbunyi.
Naura
setengah sadar dari lamunannya, tiba-tiba datang seseorang dari belakang
“Ra,
kamu besok kuliah gak?, Aku ingin titip
surat” tanya Lisa dengan memegang pundak.
Lisa
adalah teman di kelasanya, Lisa selalu duduk tepat di samping Naura, karena Dia
selalu tertidur di pertengahan Dosen mulai menerangkan materi, dan Naura adalah
orang yang selalu diberi tugas untuk menjadi alarm baginya.
“Emmm
ah apa? Naura masih tak mengerti dengan apa yang dikatakannya.
“Ra,
kamu dengar aku gak?” Lisa khawatir melihat Naura duduk dengan tatapan yang
kosong.
“Eh
hmmm kuliah?, saat ini kita ada di tahun
berapa ?” tanya Naura dengan heran.
“Ra,
ini tahun 2017, raaaa.” Lisa berteriak ditelinga Naura dengan wajah kesal.
Pundaknya
terangkat, seketika Dia terbangun dari lamunannya, suara yang sangat bising terdengar
di telinga Naura, membuatnya tersadar dari lamunan masa lalu yang menghantuinya.
pikirannya terjebak di tahun 2009, saat Dia pertama kali mengenal orang yang Dia anggap berarti saat itu.
“Eh
Lis, kamu kapan datang?.” Tanya Naura dengan santai, tanpa mengerti perasaannya
yang sejak tadi berbicara dan berada di sampingnya.
“Aku
balik deh” Lisa melangkahkan kakinya dan meninggalkan Naura dengan wajah kesal.
“kamu
mau pinjam buku ku kan? Ayo duduk dulu, biar aku ambilkan.” Pertanyaan yang
seharusnya tidak keluar dari mulutnya.
“Raaaa”
panggilan nama yang keluar dari mulut Lisa membuat Naura hening seketika.
“Lis
maaf, aku terbawa dengan lamunanku.” Naura menjelaskan.
“Terserah
apa kata mu Ra, aku mau balik” Terlihat wajah Lisa yang kesal.
“Lis
tunggu.”, Naura menghentikan langkahnya
dan menarik tangannya dengan paksa.
Naura
membawakan Lisa minuman kesukaannya, yaitu es kopi yang dicampur susu dengan
sedikit gula. Selera yang aneh, itulah Lisa. Ini sedikit sogokan untuknya, yang
Naura harap bisa membuat rasa kesalnya mencair seperti es yang ada di dalam
minumannya.
“Oiya
Lis, kamu sudah mengerjakan tugas untuk besok” Tanya Naura.
“Oh
itu, aku belum mengerjakannya?” jawabnya sambil merasakan lezatnya kopi susu
yang diminumnya.
“yees
aku berhasil mengalihkan amarahnya” Dalam hati Naura.
“Terus
kamu ingin mngerjakannya kapan?, besok sudah harus terkumpul.” Tanyanya lagi.
“Aku
ke sini mau menitipkan surat, tapi kamu membuatku kesal” jawabnya.
“ku
kira kamu sudah lupa dengan amarahmu di saat kamu minum kopi susu itu? Ternyata
gak ada efeknya.” Ucap Naura.
“Kamu
kira aku bisa kamu sogok dengan minuman ini, gak ngaruh ra, tapi sudahlah lupakan”
Ucap Lisa.
“heehe,
memangnya ada apa kamu tidak masuk kuliah?” Tanya Naura.
“Ra,
aku tahu apa yang kamu pikirkan sampai kamu seperti mayat hidup seperti tadi.
Aku paham, kamu mempunyai masa lalu yang buruk, tapi bukan berarti kamu harus
terus berjalan di arah yang sama, kamu harus tahu bahwa sesuatu yang kita
harapkan tidak semua harus kita miliki, dan kamu harus ikhlas untuk
menerimanya.” Nasihat Lisa.
“Lis,
terkadang aku rindu dengan masa itu, ya memang kenyataannya aku harus terima
semuanya, namun rasa bersalah itu yang membuat ku tak bisa untuk meninggalkan
masa lalu.” Jawab Naura.
“Kamu
ikhlaskan semuanya, kamu juga sudah minta maaf kepadanya, dan sekarang apa yang
harus kamu salahkan?.” Tanya Lisa.
“Aku
harus apa Lis?.” Jawab Naura.
“Jalani
hidup mu dengan ikhlas, mulailah mencintai dirimu sendiri, dan buang kisah yang
menghalangi langkahmu untuk maju, InsyaAllah semua akan menjadi ringan.”
Jawabnya dengan bijak.
“Sreees
sreeeettt.” Tiupan angin yang megakhiri pembicaraan mereka berdua saat itu.
Naura yang memikirkan ucapan Lisa, membuatnya menjadi lebih tenang.
Suasana
di kampus yang menjadi hari yang indah untuk Naura, Lisa yang tidak dapat hadir
sedikit mengurangi kebahagiaannya, karena hampir setiap saat Lisa yang selalu
ada di sampingnya. Semua tak membuat Naura berhenti melangkah, karena dia tahu
bahwa hidup tidak akan berakhir dengan hanya satu kisah yang sudah berakhir
saja, masih banyak kisah-lain yang belum
Dia jumpai. Sebulan berlalu, rasa yang membebani hati dan pikirannya mulai
hilang. Lisa yang menuntunnya melupakan masa lalunya, menuju jalan yang lebih baik. Lisa yang menjadikannya bisa
lebih menghargai hidup dan memberikan penerangan dari gelapnya hari yang Naura
hadapi. Naura menemukan sosok sahabatnya kembali, Dia merasakan kembali kisah
yang telah hilang. Naura mulai mengerti
bahwa sahabatnya bukan yang ada di masa lalunya, sahabatnya bukan Dia yang
meninggalkannnya, sahabatnya bukan Dia yang yang telah hilang dan pergi. Dia
ada disampingnya, ada disaat dia membutuhkan penopang dari runtuhnya hari yang
dia hadapi, Dia memberikan kebahagiaan bukan memberi rasa bersalah dan beban
yang mendalam, Dia adalah sahabatnya, sahabat yang harus tetap di jaga, sahabat
yang tak akan Ia lepaskan. Dia adalah
Lisa, dengan tulus Ia ajarkan banyak hal untuk tetap lebih mengahargai hidup,
dan kali ini Naura tidak terlambat untuk mengerti dan menyadarinya.
“Hey
Lis.” Naura memeluk Lisa dengan erat.
“Ra,
aku tidak bisa bernafas.” Jawab Lisa dengan suara tertahan.
“Makasih
untuk semuanya Lis, kamu membuat ku mengerti akan indahnya hidup.” Ucap Naura
dengan lugas.
“Ra,
ada yang kamu belum tahu dari sebagian kisah masa laluku.” Ucap Lisa.
“Dreg.”
Membuat Naura hening seketika.
“Lis,
ada apa?” Tanyanya penasaran.
Lisa
menjelasakan semua mengenai masa lalunya yang ternyata Dia pun merasakan apa
yang dirasakan Naura saat ini, Dia kehilangan sahabatnya enam tahun yang lalu,
sahabatnya yang telah pergi jauh. Dia merasa kehilangan sebagian hidupnya pada
waktu itu, Lisa merasakan apa yang Naura tidak ketahui, Lisa mempunyai kisah
yang sama dengan Naura. Mereka kehilangan orang yang mereka anggap berarti,
hanya bedanya adalah kehilangan yang
dirasakan Lisa tidak akan bisa kembali sampai kapanpun, karena sahabatnya telah
pergi untuk selamanya. Cerita yang membuat Naura merasa miris mendengarnya,
orang yang selama ini membantunya kembali hidup dalam kegelapan, ternyata Dia
juga merasakan kegelapan yang Naura rasakan, dan Naura merasa bersalah karena
dia tidak dapat hadir disaatnya membutuhkan penyelamat dari ketidakberdayaannya
saat itu. Lisa yang tetap tegar mengeluarkan Naura untuk lebih menghargai
hidup, Lisa yang berhasil memenangkan ketidakberdayaan yang Naura rasakan,
seakan Dia tidak peduli dengan perasaannya sendiri, Dia bahkan tidak
mengungkitnya sama sekali tentang kisahnya. Bahkan Dia masih bisa tersenyum
saat menceritakan semua kisahnya kepada Naura. Dia adalah orang yang hebat yang
pernah Naura kenal, Dia memberi kisah yang hebat untuk Naura, dan Dia adalah
orang yang membuatnya mengerti bahwa kehilangan itu bukan berarti kita juga
harus kehilangan diri kita sendiri, kita hidup untuk kebahagiaan diri kita dan orang
tua. Mereka adalah kekuatan yang sebenarnya, mereka yang selalu mengasihi
dengan tulus dan ikhlas, dan kita tidak bisa meninggalkannya dengan kita meninggalkan
kebahagiaan diri kita sendiri dan terus merasa bersalah di masa lalu. Karena
bagaimanapun juga masa lalu hanya akan ada di masa lalu, dan kita bukan hidup
untuk masa lalu yang berkepanjangan. Kata-kata yang indah terdengar oleh Naura
mengakhiri penjelasan Lisa tentang masa lalunya.
“Lis,
kamu orang yang hebat” ucap Naura tersenyum.
“Ra,
tetap cintai hidupmu, aku yang seharusnya bangga terhadapmu”. Kata yang menjadi
penguat untuknya dan menjadi pertanyaan bagi Naura.
“
Bangga Lis, apa yang kamu banggakan dari diriku?. Pertanyaan itu terhenti, di
saat Lisa tiba-tiba mengajaknya pergi bersenang-senang melupakan pembicaraan
dan kisah mereka untuk sesaat.
Mereka
menjalani persahabatan yang indah, rasa yang mereka tinggalkan di masa lalunya
membuat mereka dipertemukan menjadi sahabat sejati, yang jarang untuk orang
lain temukan, kisahnya menjadi kisah terhebat yang patut untuk diceritakan
kepada orang lain kelak. Dibalik kebahagiaan Naura yang menemukan kembali sosok
sahabatnya yang hilang, ternyata ada satu hal lain yang Naura tidak ketahiu
mengenai Lisa. Satu kesalahan yang membuat Naura tidak bisa berbuat apapun.
Setahun
mereka bersahabat, ternyata Lisa tidak menceritakan seluruh kisahnya dengan
lengkap terhadap Naura. Terakhir kali mereka bertemu adalah ketika Lisa pamit
Pergi untuk menemui neneknya yang sedang sakit. Kata-kata yang menjadi kata
terakhir untuk Naura dengar. Lisa mengidap penyakit di tubunya selama 6 tahun,
yang membuat Naura menyesal dan tidak bisa terima dengan kenyataan yang Ia
hadapi. 6 tahun yang Lisa hadapi setelah kehilangan sahabatnya ternyata tidak
terlihat mudah seperti apa yang Ia katakan.
Lisa
mengalami karuntuhan yang luar biasa kala itu, hidupnya seakan berhenti untuk
sahabatnya, Ia mengahkiri kebahagiaanya dengan terus berdiam dan tidak menerima
perkataan apapun dari orang-orang terdekatnya. Yang membuat tubuh Lisa menjadi
tidak karuan, Ia bahkan sempat menyiksa dirinya dengan menggoreskan pisau
dilengannya, yang membuatnya kehilangan banyak darah. Tidak hanya sekali, Ia
juga bahkan pernah melompat dari tingginya tempat yang membuat jantungnya bocor
akibat tusukan yang dalam. Lisa yang sangat menyayangi sahabatnya seakan tidak
memperdulikan hidupnya. Saat Ia bertemu dengan Naura dengan kisah lalunya yang
membuatnya teringat akan kejadian 6 tahun yang lalu. Lisa mulai sadar
dengan melihat kepahitan yang dirasakan Naura,
ternyata hidup itu harus lebih dihargai, hidup yang Lisa alami seakan Ia sia-siakan
hanya karena Ia kehilangan sebagian hidupnya dengan sahabatnya, tanpa melihat
Orangtuanya yang sangat peduli dan sangat menghawatirkan hidupnya. Lisa mulai
mengerti akan hal itu disaat Ia mulai mengenal Naura.
Naura
yang mengajarkan dan membuatnya ingin tetap menjalani hidup. Lisa tidak ingin
Naura melakukan hal yang sama, Lisa tidak ingin Naura meninggalkan kehidupannya
seperti yang dilakukan Lisa dan Lisa tidak ingin Naura menjadi sepertinya yang
membuat orang tuanya sangat tersiksa akibat sikap anaknya yang sampai melukai
dan ingin mengakhiri hidupnya sendiri. Karenanya dia mulai mengerti bahwa ternyata apa yang menjadikannya
kehilangan di masa lalu, Allah akan menggantikannya dengan apa yang kita tidak
ketahui. Hingga Ia menemukan kembali sosok sahabatnya yang hilang ada di dalam
diri Naura, dan disaat itu Ia harus melepasnya dengan sangat terpaksa.
Kembali
saat awal, ketika Ia ingin menitipkan surat kepada Naura, Lisa dengan kesal
pergi meninggalknanya karena memang Ia merasakan sakit terhadap penyakit jantung
yang sudah parah. Itu adalah alasan mengapa Ia pergi dan ingin meninggalkannya.
Namun Naura berhasil menghentikan langkahnya, dan membuatnya meminum segelas
kopi yang dicampur susu, ternyata di sela-sela ketidaktahuannya Naura dengan
apa yang dilakukan Lisa, Ia memasukan obat antibiotik
untuk mengurangi rasa sakit terhadap jantungnya ke dalam minumannya. Dan satu
kenyataan lagi yang Naura tidak tahu adalah saat di pertengahan dosen mulai menerangkan materi, mengapa Lisa selalu
tertidur dan tidak sadarkan diri adalah karena sebelumnya Ia telah meminum obat
untuk mencegah kumatnya penyakit, di saat Ia ada di dekat Naura dan orang-orang
sekelilingnya. Dan saat Lisa pamit kepada Naura untuk menemui neneknya yang
sakit, sebenarnya Lisa melakukan operasi jantungnya yang semakin memburuk. Lisa
sangat menyesal dengan apa yang Ia lakukan di masa lalunya, Ia bahkan ingin
bisa mengulang dan memperbaiki semuanya jika Ia bisa lakukan, namun pada
kenyataannya semua tak dapat Ia lakukan, Lisa yang ingin tetap hidup dan terus
bersahabat dengan Naura tidak bisa mengambil kesempatan itu akibat tindakannya
yang dilakukannya dahulu. Naura dan Lisa adalah orang yang sama-sama merasakan
kehilangan orang yang dianggapnya berarti, dan kini mereka dipertemukan menjadi
sepasang sahabat. Namun takdir memisahkan mereka di saat keinginan mulai
menyatu. Satu Pesan yang Lisa tuliskan untuk Naura.
“Untuk
Naura Sahabatku.
Ra,
apapun kejadian yang kamu hadapi kelak, jangan kau jadikan hal yang sama menimpamu
seperti yang aku rasakan, hargai hidupmu, cintai dirimu untuk orang-orang yang
menyayangimu, jangan buat orang di sekitarmu merasakan kehilangan dirimu. Cukup
kita yang merasakan kehilangan. Jangan karena aku tidak bisa berada di
sampingmu dan meninggalkanmu menjadikan penghalang bagi hidupmu kelak Ra. masih
banyak kisah dan pertemuan yang nantinya akan kamu lalui. Ra terima kasih,
karena dirimu aku bisa pergi dengan tenang, dan bisa menghabiskan sisa waktu yang
bisa lebih aku hargai. Aku mohon Ra, terus maju dalam hidupmu, raih cita-cita
yang kamu ingin capai, berikan itu untuk Orang tuamu dan aku akan sangat bangga
terhadapmu.” Pesan yang dituliskan Lisa untuk Naura sahabatnya.
Akhir
yang membuat Naura merasa bersalah sekaligus membuatnya mengerti akan indahnya
hari yang telah dilewati, hingga akhirnya ia dipertemukan dengan sahabat yang
selalu ada di dalam hatinya. Walau jiwanya telah pergi, semua itu tak membuat
Naura terputus di tengah jalan. Seperti yang diharapkan Lisa, sahabatnya yang
ada dan tiada untuk dirinya. Naura menjadi lebih menghargai hidupnya dan bisa
membuat orang di sekitarnya bangga akan dirinya dengan keberhasilannya yang
mendapatkan beasiswa di luar Negeri untuk S2 di Turki. Ia berhasil mewujudkan
harapannya dan membuat Orang tuanya bangga akan hal itu. Itulah mereka yang
akan menutup cerita kita dan hidup kita untuk tetap lebih mencintai dan lebih
menghargai hidup untuk orang-orang yang sangat menghargai keberadaan kita dan
yang menyayangi kita.
Oleh:
Rizka Nurhaeda (Tempura)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar