Sabtu, 28 November 2020

Menasihati ala Socrates


cr. Ancient World Magazines

Nasihat adalah hal yang sangat sering kita dengar. Sebagai anak, pasti kita pernah mendengar nasihat dari yang lebih tua seperti ayah, ibu, paman, bibi, kakek, nenek, bahkan sampai tetangga. Namun, seiring bertambahnya usia, kita pasti akan menjadi si pemberi nasihat tersebut. Bisa kepada teman, pacar, saudara, bahkan diri kita sendiri.

Sebagai manusia yang baik, apakah kita sudah menasihati orang lain dengan benar? Apakah orang yang kita nasihati semakin termotivasi atau malah tersinggung? Nah, kali ini kita akan membocorkan "Metode Socrates" kepada sobat Shelter. Metode Socrates ini merupakan teknik yang sangat sederhana, tetapi seringkali cara ini diabaikan.

Dalam menasihati seseorang jangan pernah memulainya sesuai keinginan anda. Mulailah dengan yang anda setuju dengannya. Terus arahkan untuk menuju pada tujuan yang sama walaupun dengan metode yang berbeda. Pastikan agar dia mengatakan "Ya,Ya" dan jangan sampai mengatakan "Tidak". Satu jawaban "Tidak" merupakan kecacatan terbesar dalam menasehati seseorang dan hal itu merupakan kesulitan terbesar yang akan anda alami.

Seorang Pembicara pada pembukaan akan selalu mendapatkan beberapa jawaban "Ya", seperti

"Saya yakin bahwa kedatangan anda dalam ruangan ini untuk mendapatkan …….. , Bukankah begitu?"

"Saya telah menghasilkan ratusan juta dari penjualan ini, bukankah anda juga ingin begitu?"

Audiens dengan spontan pasti akan menjawab "Ya". Bisa dibayangkan ketika audiens tidak setuju terhadap apa yang dibawakan pembicara tersebut.

Sekarang mari kita ambil contoh nyata, seorang teller bank kedatangan calon nasabah yang ingin membuka rekening di Bank tersebut. Semuanya berjalan lancar. Sampai pada saat pengisian formulir ada hal yang aneh dimata teller bank itu. Namun, calon nasabah itu tidak mengisi data mengenai keluarganya baik dari orang tua dan saudaranya.

Dengan formulir yang seperti itu, teller bank tidak akan menerima pembukaan rekening dari calon nasabahnya. Namun apakah teller langsung menegurnya dengan menyuruh si calon nasabah mengisi seluruh data tersebut. Tentu saja tidak, teller bank itu paham jika cara itu tidak akan berhasil.

Dengan Metode Socrates yang telah dipelajari teller bank, iaa memulai menanyakan hal yang pastinya akan disetujui calon nasabah itu.

Teller bank memulainya dengan menanyakan data yang dikosongi

"Mengenai data keluarga anda, ketika anda wafat nanti apakah anda tidak ingin jika uang di rekening anda diserahkan kepada keluarga yang bersangkutan dengan anda?"

Dengan segera calon nasabah menjawab "Ya, tentu saja"

"Jadi, bukankah itu ide yang bagus bila anda mengisi data mengenai keluarga anda?"

Sekali lagi calon nasabah menjawab dengan "Ya, itu ide yang bagus"

Dengan pendekatan "Ya, Ya" ini sikap calon nasabah segera melembut. Ia memberikan segala informasi terkait rekeningnya dan mengisikan nama ibunya sebagai ahli warisnya.

Metode Socrates ini mengajukan pertanyaan yang mau tidak mau lawannya setuju. Setelah menggenggam penuh "Ya", secara tidak sadar lawan bicara akan memeluk kesimpulan yang beberapa menit lalu dia sangkal dengan keras kepala.

Mudah, kan? Atau malah sulit? Tidak apa-apa, kita bisa belajar bersama-sama. Bukankah kita juga ingin orang yang kita sayangi agar mengikuti nasehat kita? Semoga informasi ini membantu ya. Terima kasih, semoga sehat selalu.

sumber : quora.id

Rabu, 11 November 2020

Makna Hari Pahlawan dan Menjadi Pahlawan Bagi Diri Sediri


Hari Pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November menjadi peringatan penting untuk bangsa Indonesia. Pada tanggal tersebut, rakyat akan mengenang jasa para pahlawan yang berjuang dalam Pertempuran Surabaya. Pertempuran Surabaya sendiri merupakan perlawanan terbesar dalam sejarah Tanah Air. Dalam pertempuran ini, bangsa Indonesia berjuang menghadapi bangsa asing dengan hanya bermodalkan bambu runcing. 

Perlawanan ini berawal dari insiden pengibaran bendera di Hotel Yamato, Surabaya. Kala itu, pemerintah Indonesia mengeluarkan maklumat untuk mengibarkan bendera Merah Putih di seluruh penjuru Tanah Air. Maklumat ini memancing kemarahan pihak Belanda. Sejumlah pasukan yang dimpimpin Ploegman pun mengibarkan bendera Belanda yang berwarna Merah Putih Biru di lantai atas Hotel Yamato. 

Tindakan Belanda membuat rakyat Tanah Air geram. Mereka pun membalas pihak asing dengan menaiki Hotel Yamato dan merobek warna biru pada bendera Belanda. Alhasil, Bendera tersebut hanya menampilkan warna Merah Putih, warna bendera Indonesia.Sejak insiden ini terjadi, hubungan rakyat Indonesia dan pihak asing semakin memanas. Namun, Jenderal D. C Hawthorn dan Presiden Soekarno akhirnya menandatangi gencatan senjata untuk meredekan situasi.

Awalnya, konflik Indonesia dan pihak asing sempat mereda. Namun, kondisi ini tak bertahan lama. Hubungan Indonesia dan pihak asing justru semakin meledak sejak Jenderal Mallaby, pimpinan tentara Inggris tewas tertembak.Pengganti Mallaby, Jenderal Robert Mansergh pun meluncurkan ultimatum yang mengharuskan rakyat Indonesia bersenjata melapor, meletakkan senjata, dan menyerahkan diri. Batas ultimatum yakni 10 November 1945.

Ultimatum ini akhirnya berujung pada perlawanan sengit antara arek Surabaya dan tentara Inggris selama tiga minggu. Ribuan rakyat sipil pun tewas karena peperangan besar ini. Guna mengenang jasa para pahlawan, pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan. Penetapan ini diberlakukan melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tangal 16 Desember 1959.

Hari Pahlawan bukan sekadar seremoni biasa, peringatan ini menyimpan makna mendalam untuk rakyat Tanah Air. Hari Pahlawan merupakan bentuk  penghormatan untuk para pahlawan yang berkorban demi memperjuangkan Indonesia. Dengan demikian, seharusnya hari pahlawan dijadikan sebagai momentum untuk mengenang kembali para pahlawan yang telah berjasa besar bagi berdirinya negara kita tercinta. Mengenang bukan berarti menangisi kepergian mereka, tapi menjadikan pribadi mereka sebagai pemantik revolusi mental maupun moral dalam menghadapi setiap tantangan kedepannya.  .

Diri Sendiri adalah Pahlawan

Menjadi pahlawan bukan hanya menjadi milik mereka yang berjuang di medan perang, pemikiran, ataupun pemerintahan. Tapi menjadi pahlawan bisa dilakukan oleh siapa saja. Baik menjadi pahlawan bagi dirinya sendiri maupun menjadi pahlawan bagi orang lain.

Kita harus berkorban demi kebaikan diri kita--diantaranya harus menempuh pendidikan yang panjang dan lama demi masa depan yang gemilang, membuat sesuatu yang bermanfaat, memecahkan segala permasalahan dan tidak merugikan orang lain.

Menjadi pahlawan bagi diri sendiri bisa juga dilakukan dengan cara memperbaiki akhlak, menjauhi dari segala yang mudharat, menghilangkan sifat-sifat yang merugikan siapapun, dan berjuang demi terjaganya negeri yang kita cintai bersama.

Sumber : Kumparan