Selasa, 29 September 2020

Mentality Crab

cr. medium.com

Halo sobat Shelter, selamat datang kembali. Masih dengan postingan yang berkualitas, admin ingin bahas soal Mentality Crab atau mental kepiting. Beberapa dari kita pasti masih awam dengan istilah tersebut, ya nggak sih? Mentality crab ini sangat menarik untuk dibahas karena sangat sering ditemui di masyarakat kita. Langsung aja yuk.

Kalian pernah nggak sih, melihat kepiting dalam ember? Kepiting itu pasti berusaha keluar tapi nggak keluar-keluar. Hal itu disebabkan bukan karena kepitingnya noob, tapi memang kepiting-kepiting lain berusaha menahannya. Mereka melakukannya dengan tujuan saling menyelamatkan. Kenapa bisa begitu? Karena habitat asli kepiting ada tepi pantai di mana saling berdekatan satu sama lain untuk bertahan hidup. Tapi, hal ini juga dianalogikan sebagai orang yang iri terhadap kesuksesan orang lain. Contohnya saja seperti, "Ngapain anak perempuan sekolah tinggi-tinggi, toh nanti juga baliknya ke dapur?" atau "Anak keluarga kyai tuh harus nikah sama anak keluarga kyai juga." Dari sini, sudah mulai jelas kan?

Banyak sekali orang yang mencoba menjatuhkan seorang individu yang berusaha untuk maju dengan cara meremehkan atau memanipulasi. Mental seperti ini membuat seseorang mengalami kesulitan untuk menghargai pencapaian orang lain, sehingga menimbulkan rasa iri dan berusaha menempatkan orang lain pada situasi yang dialaminya atau bahkan di bawahnya atau mungkin kasarnya seperti "Kalau saya tidak bisa melakukannya, kamu juga tidak bisa".

Mentality crab bisa terjadi karena disebabkan beberapa hal seperti malu, dendam, cemburu, hingga sifat kompetitif itu sendiri. Padahal, setiap manusia dilahirkan dengan bakat dan kemampuan yang berbeda. Kondisi seperti ini menghasilkan hubungan yang sehat antar individu maupun dalam kelompok. Hal ini juga sadar maupun tidak sangat sering ditemukan di masyarakat kita, baik di lingkungan rumah, sekolah, atau bahkan orang yang kita temui di tempat asing.

Lalu, mengapa kita masih menemukan orang-orang dengan pemikiran kuno seperti itu di era modern ini? Jawabannya adalah karena seseorang yang bermental kepiting hidup untuk mengurusi hidup kita, dalam hal pekerjaan, pendidikan, segalanya bahkan termasuk urusan rumah tangga. Sangat kurang kerjaan sekali, kan? Mereka berkata seolah peduli dengan memberi saran, padahal ada maksud terselubung yaitu ingin menjatuhkan kita dan tidak mau ada seorang pun yang bisa mengungguli mereka.

Jadi, jika kita sedang berhadapan dengan orang-orang seperti mereka, cukup abaikan saja perkataan yang menyakiti kita. Teruslah berjalan untuk memperjuangkan mimpi kita karena ini adalah hidup kita, selama hal tersebut tidak menyimpang dari norma yang berlaku. Sebaliknya, jika kita adalah orang dengan mental tersebut, kita bisa mulai menanamkan mindset bahwa setiap orang memiliki kelebihan masing-masing, juga diiringi dengan meningkatkan potensi diri dan ikut senang atas pencapaian orang lain.

sumber : kompas, quora

1 komentar: