Selasa, 23 Agustus 2016

TERNYATA INDONESIA BERHUTANG PADA PALESTINA



Kalau ada ribut-ribut di negara-negara Arab, banyak orang Indonesia yang menyerukan dukungannya, baik di dunia nyata maupun maya. Nah, kini ketika Palestina diserang, mengapa kita sebagai bangsa Indonesia apakah ikut sibuk?. Sebagai orang Indonesia, sejarah menjelaskan bahwa kita berhutang dukungan untuk Palestina dan Negara arab lain. Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI secara de facto pada 17 Agustus 1945, tetapi perlu diingat bahwa untuk berdiri (de jure) sebagai negara yang berdaulat, Indonesia membutuhkan pengakuan dari bangsa-bangsa lain. Pada poin ini kita tertolong dengan adanya pengakuan dari tokoh-tokoh Timur Tengah, sehingga negara Indonesia bisa berdaulat.



Gong dukungan untuk kemerdekaan Indonesia ini dimulai dari Palestina dan Mesir, seperti dikutip dari buku “Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri” yang ditulis oleh Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia, M. Zein Hassan Lc. Kenapa Kita Memikirkan Palestina? M. Zein Hassan Lc. Lt. sebagai pelaku sejarah, menyatakan dalam bukunya padahal. 40, menjelaskan tentang peran serta, opini dan dukungan nyata Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia, di saat negara-negara lain belum berani untuk memutuskan sikap. Dukungan Palestina ini diwakili oleh mufti besar Palestina, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini yang secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia pada 6 September 1944. Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan ‘ucapan selamat’ mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini (beliau melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang dunia kedua) kepada Alam Islami, bertepatan ‘pengakuan Jepang’ atas kemerdekaan Indonesia.
Berita tersebut disiarkan melalui radio dua hari berturut-turut, disebar-luaskan, bahkan harian Al-Ahram yang terkenal telitinya juga menyiarkan. Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi “Panitia Pusat Kemerdekaan Indonesia” dan member dukungan penuh. Sayang, peristiwa bersejarah tersebut tidak banyak diketahui generasi sekarang, mungkin juga para pejabat di negeri ini. Bahkan dukungan ini telah dimulai setahun sebelum Sukarno-Hatta benar-benar memproklamirkan kemerdekaan RI. Seorang Palestina yang sangat bersimpati terhadap perjuangan Indonesia, Muhammad Ali Taher. Beliau adalah seorang saudagar kaya Palestina yang spontan menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda bukti dan berkata, “Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia”. Setelah itu dukungan mengalir, di jalanan Palestina terjadi gelombang demonstrasi untuk solidaritas dan dukungan kepada Indonesia oleh masyarakat Timur Tengah. 
Ketika terjadi serangan Inggris atas Surabaya 10 November 1945 yang menewaskan ribuan penduduk Surabaya, demonstrasi anti Belanda-Inggris merebak di Timur Tengah, khususnya Mesir. Shalat ghaib dilakukan oleh masyarakat di lapangan-lapangan dan masjid-masjid di Timur Tengah untuk para syuhada yang gugur dalam pertempuran yang sangat dahsyat itu. Yang mencolok dari gerakan massa internasional adalah ketika momentum Pasca Agresi Militer Belanda ke-1, 21 juli 1947, pada 9 Agustus. Saat kapal Volen dam milik Belanda pengangkut serdadu dan senjata telah sampai di Port Said. Ribuan penduduk dan buruh pelabuhan Mesir berkumpul di pelabuhan itu. Yang mencengangkan, mereka menggunakan puluhan kapal boat dengan bendera merah putih yang berkeliaran di pesisir Port Said guna mengejar, menghalau dan melakukan blockade terhadap kapal-kapal perusahaan asing yang ingin menyuplai air & makanan untuk kapal Volen dan milik Belanda yang berupaya melewati Terusan Suez, hingga kembali kepelabuhan.    


Bagaimana rasanya saat melihat bendera kita dikibarkan oleh bangsa lain dengan kesadaran penuh menunjukkan rasa solidaritasnya? Bukti cinta mereka pada bangsa Indonesia. Wartawan Al-Balagh pada 10/8/47 melaporkan, “Kapal-kapal boat yang dipenuhi warga Mesir itu mengejar kapal-kapal besar dan sebagian mereka dapat naik keatas deknya. Mereka menyerang kamar stirman, menarik keluar petugas-petugasnya, dan membelokkan kapal-kapal besar itu kejurusan lain.”
Tentusaja, motivasi yang kita bangun tidak hanya dari aspek historis ya sahabat ksr. Namun ini dapat kita ambil sebagai sebuah pelajaran untuk mengingatkan kembali betapa Palestina pernah melakukan hal yang sama terhadap Indonesia. Tidak ada alasan untuk tidak mendukung kemerdekaan Palestina sebagai negara yang merdeka. Perlu diingat kita juga sebagai korps suka relawan, apa sulitnya membantu mereka. Meskipun saat ini mungkin tidak bisa tutun langsung kesana setidaknya lewat bantuan donasi ya minimal mendoakannya setelah selesai sholat agar kita turut membantu memperbaiki keadaan masyarakat disana. Apalagi kan memang kita semua saudara, sesama umat muslim juga kan. Oke, ingetkan sama motto ksr kita juga. Sebaik-baiknya manusia yaitu yang dapat bermanfaat bagi manusia lainnya. Siamo tutti fratelli. :)
 
Oleh: Yekti I.S


Salam ABRI :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar