Minggu, 07 Juli 2019

Hebatnya Seorang Wanita



Semestinya setiap laki-laki memuliakan dan menghargai wanita,
Karena tanpanya, lelaki tak ada.
Wanita bisa menjadi seorang ibu sekaligus ayah bagi anak-anaknya.
Namun laki-laki tak bisa menjadi keduanya.
Kalaupun bisa maka tidak akan sebaik wanita.
Karena wanita lebih memilih memprioritaskan keluarga daripada karir yang ia bangun sebelumnya.

Membicarakan soal betapa mulianya sosok wanita, penulis teringat sebuah cerita yang ia baca di suatu buku, cerita yang menggambarkan betapa wanita begitu mulia.

Suatu saat dalam pesawat yang menuju Kendari, ada seorang Bapak sekitar umur 30 tahun sedang menimang balita berumur 2,5 tahunan. Ina (penulis cerita) yang saat itu duduk bersebelahan dengan sang bapak mengukir senyuman sambil bertanya sebatas berkenalan, “Dimana Ibunya Pak?”. Iapun menjawab ragu, “Tidak ada”. Ina tak melanjutkan pertanyaan lainnya, takut menyinggung perasaannya. Ina mengalihkan pandangannya pada sang anak yang mulai bangun dari tidurnya. Anak itu mulai menangis di pangkuan ayahnya. Take off  pesawat pun dimeriahkan oleh riuh gaduh tangisan balita tersebut. Sang bapak mencoba meredakan tangisan sang anak, “sudah... diam... diam... tidur... tidur... ”. Sangat simpel reaksi sang bapak. Namun tentu saja cara itu tidak akan ampuh meredakan tangisan anak.

Pesawat terus melambung tinggi menembus angkasa raya. Terlihat pesona eksotis Jakarta yang bertaburkan kerlipan lampu. Namun hati Ina masih mencoba berempati dengan apa yang dirasakan sang bapak yang duduk di sebelahnya, yang harus membawa seorang balita tanpa kehadiran seorang wanita yang berpredikat bunda. Menit-menit berikutnya tangis sang mulai anak reda, senyap dan cukup syarat membuat Ina tertidur.
15 menit menuju landing, pramugari dan pilot telah memberikan aba-aba pada setiap penumpang untuk menegakkan sandaran kursi dan menguatkan sabuk pengaman. Di keadaan seperti itu, tercium aroma kurang sedap, seperti yang Ina duga, ternyata sang anak buang air besar mengotori celana sang ayah dan tempat duduknya. Inapun membantu sang bapak yang terlihat kesulitan itu untuk membawakan tasnya menuju toilet. Ya Robb... Begitu kerepotannya seorang laki-laki yang melakukan tugas sehari-hari seorang wanita yang berpredikat Bunda.

Pelajaran berharga pada setiap wanita.
Siapapun kita, haruslah memberikan penghormatan pada seorang wanita yang akan menjadi seorang ibu bagi anak-anaknya.
Banyak di luar sana, wanita yang bukan hanya menjadi seorang ibu bagi anak-anaknya, namun juga menjadi sosok ayah bagi mereka. Mampukah seorang laki-laki memperlakukan anak dengan lembut layaknya wanita itu?.

Sumber cerita: “Jangan Jatuh Cinta, Tapi Bangun Cinta” karya Setia Furqon K. dan Ina Agustina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar