Senin, 06 April 2015

Lautan Ilmu di Tanah Minang



Lautan Ilmu di Tanah Minang

Tanah Minang, pancaran aura yang khas sangat terasa di bumi Sumatera Barat. Arsitektur bangunan yang sangat terkenal di seluruh penjuru bumi pertiwi ini terletak pada rumah Gadang yang beratapkan runcing seperti tanduk kerbau dan menyimpan filosofi tersendiri. Tidak pernah terbesit dalam hati, kalau saya akan menginjakkan kaki di bumi Sumatera Barat ini. Berawal dari tawaran ketua umum KSR-PMI Unit Universitas Islam Negeri Malang (UIN Malang) untuk mengikuti pelatihan nasional yang diadakan oleh KSR-PMI Unit Universitas Bung Hatta (UBH) Padang Sumatera Barat. Tawaran itu langsung saya terima hingga akhirnya saya bisa berada di kota Padang Sumatera Barat dan mengikuti kegiatan Pelatihan Pertolongan Pertama dan Penyelamatan di Air Nasional I.
Kegiatan ini dimulai dengan acara seminar nasional yang bertema “Kampus Siaga Bencana”. Tema ini diambil dengan latar berlakang negara Indonesia dikenal dengan negara maritim yang terdiri dari 5 pulau besar dan ribuan pulau kecil, juga diarungi oleh Samudera Hindia dan Pasifik. Indonesia diapit oleh dua benua yaitu Asia dan Australia, serta dilalui oleh lempengan Eurasia dan Australia, yang menyebabkan negara ini rentan terhadap bencana. Seminar ini membahas mengenai Manajemen Penanggulangan Bencana. Kampus siaga bencana termasuk ke dalam salah satu fase dalam manajemen penanggulangan bencana. Kampus siaga bencana adalah kampus yang memiliki fasilitas untuk menghadapi bencana alam dan bisa mengurangi dampak bencana yang datang dari mana saja dan kapan saja, serta memilik sumber daya manusia yang mengetahui tindakan apa saja yang harus dilakukan ketika bencana datang. Dengan mengaca kepada bencana yang dialami provinsi Sumatera Barat pada tahun 2009 yaitu gempa berkekuatan 7,6 skala richter, pemerintah provinsi Sumatera Barat telah bertindak siaga dengan melakuan pembenahan dan berbagai upaya untuk mengurangi dampak bencana yang akan datang kapan saja. Berbagai gedung tahan gempa dan tsunami dibangun untuk shelter ketika bencana datang.
Kegiatan lainnya adalah pelatihan pertolongan pertama (PP) yang dilatih oleh pelatih dari PMI provinsi Sumatera Barat. Materi yang dianjarkan adalah materi PP standar PMI seluruh indonesia, mulai dari penilaian, cidera sistem otot rangka, cidera jaringan lunak, bantuan hidup dasar dan resusitasi jantung paru (BHD RJP) dan lainnya yang ada dalam materi pertolongan pertama. Selain pelatihan PP saya juga mendapatkan pelatihan mengenai radio komunikasi (RAKOM). Pelatihan ini sangat jarang diadakan, bahkan PMI baru sekali mengadakan pelatihan mengenai RAKOM ini.
Kegiatan selanjutnya adalah pelatihan penyelamatan di air atau bisa disebut dengan Water  Rescue (SAR air). Materi tentang Water Rescue disampaikan oleh Aipda Tusiyat  dari Kanit SAR PolAir Polda provinsi Sumatera Barat. SAR adalah usaha mencari dan menolong / menyelamatkan nyawa atau harta yang menghilang atau yang akan menghilang, yang dimaksud dengan harta yang akan menghilang adalah harta benda yang terapung-apung di air dan jika tidak segera diselamatkan maka harta itu akan menghilang. Dalam melakukan pertolongan di air, keselamatan bagi penolong adalah prinsip dasar yang harus diperhatikan pada setiap tindakan, dan jangan sampai ada timbul korban berikutnya, baik si penolong maupun penonton. Oleh karena itu seorang water rescue harus memiliki persyaratan yang tidak bisa ditawar, yaitu pertama orang itu harus memiliki kemampuan berenang minimal 200m pulang-pergi serta harus menguasai water trappen yaitu kemampuan mengapung di air kurang lebih 15-30 menit. Syarat yang kedua seorang water rescue harus mengerti medical first responden (pertolongan pertama & RJP). Syarat ketiga, harus mengetahui cara pengoperasian boat. Kemudian syarat yang keempat yaitu harus mengerti teknik pertolongan di air. Syarat terakhir yang harus dimiliki penolong adalah fisik yang prima. Selanjutnya adalah materi tentang metode pertolongan di air, metode pertolongan di air adalah tahapan / urutan langkah untuk memudahkan para penolong mengingat apa dan bagaimana ketika menghadapi kecelakaan di air. Untuk memudahkan ingatan, maka metode diurutkan dari tindakan tang paling kecil resikonya hingga langkah pertolongan yang penuh resiko, yaitu Reach (jangkau), Throw (lempar “menggunakan alat”), Row (memakai alat bantu), Go (pergi berenang mendekati korban), Tow/Carry (menarik / membawa dan terjadi kontak langsung dengan korban). Jadi inti dari water rescue usaha untuk mencari orang atau barang yang hilang atau akan hilang di air dengan syarat-syarat khusus untuk penolong, serta penolong harus mengetahui teknik penyelamatan di air.
Masih banyak lagi materi mengenai water rescue yang belum saya jelaskan  di sini, tetapi mungkin pada lain kesempatan akan saya jelaskan seluruh ilmu yang saya dapat di pelatihan ini. Selanjutnya saya ingin berbagi cerita tentang pesona alam tanah Minang yang menyimpan lebih dari seratus ribu cerita. Disaat pelatihan, saya mendapat kesempatan untuk belajar Diving (menyelam), kali pertama saya memakai alat-alat selam serta menyelam melihat terumbu karang yang masih kecil dan tumbuh. Selain itu saya juga mendapat kesempatan untuk mengunjungi Istana Baso Pagaruyung di Batu Sangka, istana yang dulu menjadi  pusat pemerintahan, kini menjadi tempat wisata budaya yang tidak ternilai harganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar