Sabtu, 12 Desember 2015

Duo Tumpeng Terakhir BARA PAMERA XIII



Duo Tumpeng Terakhir BARA  PAMERA XIII
Jum’at, 11 Desember 2015

Setelah adzan magrib berkumandang, anggota KSR-PMI Unit UIN Malang langsung bergantian mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat  magrib berjama’ah. Semua nampak semangat memenuhi panggilan Tuhan saat petang nan mendung itu. Tidak ada yang  gaduh. Semua terlihat khidmad, tenang, khusuk. Bukun khusuk sebenarnya, tapi memang tak boleh saja jika sholat sambil ramai dan bicara. Apalagi menggosip yang sudah jadi kebiasaan.
Seusai sholat, seluruh anggota muda, biasa, luar biasa, hingga kehormatan yang turut hadir langsung memenuhi “atrium” yang sudah disediakan berupa karpet sederhana yang tak jelas harganya. Tentunya dengan tatanan yang sangat rapi dan menawan.
Bukan karpetnya yang menjadi daya tarik mereka berbondong-bondong datang ke tempat yang berada tepat di sebelah UKM Inovasi itu, melainkan karena memenuhi hajat panitia inti  BARA PAMERA XIII se-Indonesia yang telah sukses terlaksana pada 2 bulan yang lalu.
“Tak ada gula, tak mungkin semut bergerak menghampiri”. Kadang pepatah kuno turun temurun ini dirasa jitu jika diterapkan ke dalam sebuah dimensi gerak serupa. Nah, jadi hal inilah yang dilakukan panitia inti BARA PAMERA XIII dalam menyukseskan penutupan lembar terkait kegiatan, sekaligus syukuran atas apa yang telah Allah berikan terhadap kelancaran acara yang telah berlangsung.
Duo tumpeng (karena duo serigala terlalu mainstream!), makhluk inilah yang ditunggu-tunggu “masyarakat” KSR setelah mendengar sambutan ketua pelaksana BARA PAMERA XIII (Faisal) dan bendahara BARA PAMERA XIII (Heni) menyampaikan sederet pengalokasian dana keluar-masuk kegiatan. Tak berpanjang lebar, sambutan-sambutan diakhiri dengan pembacaan do’a oleh saudara Alwi.
Do’a selesai, duo tumpeng langsung dibagikan kepada “warga” KSR yang perutnya sudah ingin dimanjakan. Tak ada yang protes sebab gratis. Semua menikmati malam itu. Tidak hanya anggota KSR saja yang melahap duo tumpeng, UKM lain pun ikut mencicipi. Tawa, canda, cerita hingga sumpah serapah bagi mereka yang telah menyimpan lauk terbaik untuk dikonsumsi sendiri telah jadi pengantar proses masuknya duo tumpeng ke dalam lambung mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar