Kamis, 30 November 2017

Salahnya Yang Terlambat Mengerti



Saat hal yang dulu tidak akan bisa kembali untuk dirasakan, itu adalah hal yang sangat menyiksa. Karena perjalanan hanya akan berjalan sekali, begitu juga dengan kesempatan, dan kali ini Tuhan  memberi jalan yang searah, hingga Dia pun tak dapat menghentikan. Semua hilang, Dia telah melepas satu hal yang tak bisa Dia kembalikan. Semua berubah di saatnya mulai merasa, bahwa semua yang telah terlewatkan adalah hal yang tak biasa, disaatnya telah mengerti bahwa ada yang Dia anggap berarti, disaatnya mulai sadar tentang arti dari sebuah persahabatan yang Dia jalani, dan disaat itu pula Dia mulai kehilangan semuanya. Dia kehilangan sosok sahabat pertamanya, sahabat masa kecilnya, sahabat yang selalu membuatnya merasa bahagia, sahabat yang memberi pengalaman indah bagi dirinya,  sahabat yang dengannya Dia merasa nyaman, dan kini Dia tak dapat merasakan semua itu lagi. Dia seperti tak mengenal sosoknya yang dulu, Dia telah kehilangannya, dan Itu adalah kesalahannya. Kesalahan yang memberi jarak diantara mereka, dan memisahkan perasaan yang mulai Dia mengerti, bahwa Sahabatnya adalah orang yang sangat berarti, dan sekarang hanya menyisakan rasa bersalah untuk dirinya, karena pada kenyataannya, kesadarannya terlambat untuk menghentikan semuanya, sahabatnya telah pergi  dan hilang untuk dirinya. Naura, Dia adalah Naura, yang merindukan kenangan masa lalunya.
“bruuk.” Suara buku yang terjatuh tepat di hadapannya.
“dreeet, dreet” Suara getar di handphone serentak berbunyi.
Naura setengah sadar dari lamunannya, tiba-tiba datang seseorang dari belakang
“Ra, kamu besok kuliah gak?,  Aku ingin titip surat” tanya Lisa dengan memegang pundak.
Lisa adalah teman di kelasanya, Lisa selalu duduk tepat di samping Naura, karena Dia selalu tertidur di pertengahan Dosen mulai menerangkan materi, dan Naura adalah orang yang selalu diberi tugas untuk menjadi alarm baginya.
“Emmm ah apa? Naura masih tak mengerti dengan apa yang dikatakannya.
“Ra, kamu dengar aku gak?” Lisa khawatir melihat Naura duduk dengan tatapan yang kosong.
“Eh hmmm kuliah?, saat ini  kita ada di tahun berapa ?” tanya Naura dengan heran.
“Ra, ini tahun 2017, raaaa.” Lisa berteriak ditelinga Naura dengan wajah kesal.
Pundaknya terangkat, seketika Dia terbangun dari lamunannya, suara yang sangat bising terdengar di telinga Naura, membuatnya tersadar dari lamunan masa lalu yang menghantuinya. pikirannya terjebak di tahun 2009, saat Dia pertama kali mengenal  orang yang Dia anggap berarti saat itu.
“Eh Lis, kamu kapan datang?.” Tanya Naura dengan santai, tanpa mengerti perasaannya yang sejak tadi berbicara dan berada di sampingnya.
“Aku balik deh” Lisa melangkahkan kakinya dan meninggalkan Naura dengan wajah kesal.
“kamu mau pinjam buku ku kan? Ayo duduk dulu, biar aku ambilkan.” Pertanyaan yang seharusnya tidak keluar dari mulutnya.
“Raaaa” panggilan nama yang keluar dari mulut Lisa membuat Naura hening seketika.
“Lis maaf, aku terbawa dengan lamunanku.” Naura menjelaskan.
“Terserah apa kata mu Ra, aku mau balik” Terlihat wajah Lisa yang kesal.
“Lis tunggu.”, Naura  menghentikan langkahnya dan menarik tangannya dengan paksa.
Naura membawakan Lisa minuman kesukaannya, yaitu es kopi yang dicampur susu dengan sedikit gula. Selera yang aneh, itulah Lisa. Ini sedikit sogokan untuknya, yang Naura harap bisa membuat rasa kesalnya mencair seperti es yang ada di dalam minumannya.
“Oiya Lis, kamu sudah mengerjakan tugas untuk besok” Tanya  Naura.
“Oh itu, aku belum mengerjakannya?” jawabnya sambil merasakan lezatnya kopi susu yang diminumnya.
“yees aku berhasil mengalihkan amarahnya” Dalam hati Naura.
“Terus kamu ingin mngerjakannya kapan?, besok sudah harus terkumpul.” Tanyanya lagi.
“Aku ke sini mau menitipkan surat, tapi kamu membuatku kesal” jawabnya.
“ku kira kamu sudah lupa dengan amarahmu di saat kamu minum kopi susu itu? Ternyata gak ada efeknya.” Ucap Naura.
“Kamu kira aku bisa kamu sogok dengan minuman ini, gak ngaruh ra, tapi sudahlah lupakan” Ucap Lisa.
“heehe, memangnya ada apa kamu tidak masuk kuliah?” Tanya Naura.
“Ra, aku tahu apa yang kamu pikirkan sampai kamu seperti mayat hidup seperti tadi. Aku paham, kamu mempunyai masa lalu yang buruk, tapi bukan berarti kamu harus terus berjalan di arah yang sama, kamu harus tahu bahwa sesuatu yang kita harapkan tidak semua harus kita miliki, dan kamu harus ikhlas untuk menerimanya.” Nasihat Lisa.
“Lis, terkadang aku rindu dengan masa itu, ya memang kenyataannya aku harus terima semuanya, namun rasa bersalah itu yang membuat ku tak bisa untuk meninggalkan masa lalu.” Jawab Naura.
“Kamu ikhlaskan semuanya, kamu juga sudah minta maaf kepadanya, dan sekarang apa yang harus kamu salahkan?.” Tanya Lisa.
“Aku harus apa Lis?.” Jawab Naura.
“Jalani hidup mu dengan ikhlas, mulailah mencintai dirimu sendiri, dan buang kisah yang menghalangi langkahmu untuk maju, InsyaAllah semua akan menjadi ringan.” Jawabnya dengan bijak.
“Sreees sreeeettt.” Tiupan angin yang megakhiri pembicaraan mereka berdua saat itu. Naura yang memikirkan ucapan Lisa, membuatnya menjadi lebih tenang.
Suasana di kampus yang menjadi hari yang indah untuk Naura, Lisa yang tidak dapat hadir sedikit mengurangi kebahagiaannya, karena hampir setiap saat Lisa yang selalu ada di sampingnya. Semua tak membuat Naura berhenti melangkah, karena dia tahu bahwa hidup tidak akan berakhir dengan hanya satu kisah yang sudah berakhir saja,  masih banyak kisah-lain yang belum Dia jumpai. Sebulan berlalu, rasa yang membebani hati dan pikirannya mulai hilang. Lisa yang menuntunnya melupakan masa lalunya, menuju jalan  yang lebih baik. Lisa yang menjadikannya bisa lebih menghargai hidup dan memberikan penerangan dari gelapnya hari yang Naura hadapi. Naura menemukan sosok sahabatnya kembali, Dia merasakan kembali kisah yang  telah hilang. Naura mulai mengerti bahwa sahabatnya bukan yang ada di masa lalunya, sahabatnya bukan Dia yang meninggalkannnya, sahabatnya bukan Dia yang yang telah hilang dan pergi. Dia ada disampingnya, ada disaat dia membutuhkan penopang dari runtuhnya hari yang dia hadapi, Dia memberikan kebahagiaan bukan memberi rasa bersalah dan beban yang mendalam, Dia adalah sahabatnya, sahabat yang harus tetap di jaga, sahabat yang  tak akan Ia lepaskan. Dia adalah Lisa, dengan tulus Ia ajarkan banyak hal untuk tetap lebih mengahargai hidup, dan kali ini Naura tidak terlambat untuk mengerti dan menyadarinya.
“Hey Lis.” Naura memeluk Lisa dengan erat.
“Ra, aku tidak bisa bernafas.” Jawab Lisa dengan suara tertahan.
“Makasih untuk semuanya Lis, kamu membuat ku mengerti akan indahnya hidup.” Ucap Naura dengan lugas.
“Ra, ada yang kamu belum tahu dari sebagian kisah masa laluku.” Ucap Lisa.
“Dreg.” Membuat Naura hening seketika.
“Lis, ada apa?” Tanyanya penasaran.
Lisa menjelasakan semua mengenai masa lalunya yang ternyata Dia pun merasakan apa yang dirasakan Naura saat ini, Dia kehilangan sahabatnya enam tahun yang lalu, sahabatnya yang telah pergi jauh. Dia merasa kehilangan sebagian hidupnya pada waktu itu, Lisa merasakan apa yang Naura tidak ketahui, Lisa mempunyai kisah yang sama dengan Naura. Mereka kehilangan orang yang mereka anggap berarti, hanya bedanya adalah kehilangan  yang dirasakan Lisa tidak akan bisa kembali sampai kapanpun, karena sahabatnya telah pergi untuk selamanya. Cerita yang membuat Naura merasa miris mendengarnya, orang yang selama ini membantunya kembali hidup dalam kegelapan, ternyata Dia juga merasakan kegelapan yang Naura rasakan, dan Naura merasa bersalah karena dia tidak dapat hadir disaatnya membutuhkan penyelamat dari ketidakberdayaannya saat itu. Lisa yang tetap tegar mengeluarkan Naura untuk lebih menghargai hidup, Lisa yang berhasil memenangkan ketidakberdayaan yang Naura rasakan, seakan Dia tidak peduli dengan perasaannya sendiri, Dia bahkan tidak mengungkitnya sama sekali tentang kisahnya. Bahkan Dia masih bisa tersenyum saat menceritakan semua kisahnya kepada Naura. Dia adalah orang yang hebat yang pernah Naura kenal, Dia memberi kisah yang hebat untuk Naura, dan Dia adalah orang yang membuatnya mengerti bahwa kehilangan itu bukan berarti kita juga harus kehilangan diri kita sendiri, kita hidup untuk kebahagiaan diri kita dan orang tua. Mereka adalah kekuatan yang sebenarnya, mereka yang selalu mengasihi dengan tulus dan ikhlas, dan kita tidak bisa meninggalkannya dengan kita meninggalkan kebahagiaan diri kita sendiri dan terus merasa bersalah di masa lalu. Karena bagaimanapun juga masa lalu hanya akan ada di masa lalu, dan kita bukan hidup untuk masa lalu yang berkepanjangan. Kata-kata yang indah terdengar oleh Naura mengakhiri penjelasan Lisa tentang masa lalunya.
“Lis, kamu orang yang hebat” ucap Naura tersenyum.
“Ra, tetap cintai hidupmu, aku yang seharusnya bangga terhadapmu”. Kata yang menjadi penguat untuknya dan menjadi pertanyaan bagi Naura.
“ Bangga Lis, apa yang kamu banggakan dari diriku?. Pertanyaan itu terhenti, di saat Lisa tiba-tiba mengajaknya pergi bersenang-senang melupakan pembicaraan dan kisah mereka untuk sesaat.
Mereka menjalani persahabatan yang indah, rasa yang mereka tinggalkan di masa lalunya membuat mereka dipertemukan menjadi sahabat sejati, yang jarang untuk orang lain temukan, kisahnya menjadi kisah terhebat yang patut untuk diceritakan kepada orang lain kelak. Dibalik kebahagiaan Naura yang menemukan kembali sosok sahabatnya yang hilang, ternyata ada satu hal lain yang Naura tidak ketahiu mengenai Lisa. Satu kesalahan yang membuat Naura tidak bisa berbuat apapun.
Setahun mereka bersahabat, ternyata Lisa tidak menceritakan seluruh kisahnya dengan lengkap terhadap Naura. Terakhir kali mereka bertemu adalah ketika Lisa pamit Pergi untuk menemui neneknya yang sedang sakit. Kata-kata yang menjadi kata terakhir untuk Naura dengar. Lisa mengidap penyakit di tubunya selama 6 tahun, yang membuat Naura menyesal dan tidak bisa terima dengan kenyataan yang Ia hadapi. 6 tahun yang Lisa hadapi setelah kehilangan sahabatnya ternyata tidak terlihat mudah seperti apa yang Ia katakan.
Lisa mengalami karuntuhan yang luar biasa kala itu, hidupnya seakan berhenti untuk sahabatnya, Ia mengahkiri kebahagiaanya dengan terus berdiam dan tidak menerima perkataan apapun dari orang-orang terdekatnya. Yang membuat tubuh Lisa menjadi tidak karuan, Ia bahkan sempat menyiksa dirinya dengan menggoreskan pisau dilengannya, yang membuatnya kehilangan banyak darah. Tidak hanya sekali, Ia juga bahkan pernah melompat dari tingginya tempat yang membuat jantungnya bocor akibat tusukan yang dalam. Lisa yang sangat menyayangi sahabatnya seakan tidak memperdulikan hidupnya. Saat Ia bertemu dengan Naura dengan kisah lalunya yang membuatnya teringat akan kejadian 6 tahun yang lalu. Lisa mulai sadar dengan  melihat kepahitan yang dirasakan Naura, ternyata hidup itu harus lebih dihargai, hidup yang Lisa alami seakan Ia sia-siakan hanya karena Ia kehilangan sebagian hidupnya dengan sahabatnya, tanpa melihat Orangtuanya yang sangat peduli dan sangat menghawatirkan hidupnya. Lisa mulai mengerti akan hal itu disaat Ia mulai mengenal Naura.
Naura yang mengajarkan dan membuatnya ingin tetap menjalani hidup. Lisa tidak ingin Naura melakukan hal yang sama, Lisa tidak ingin Naura meninggalkan kehidupannya seperti yang dilakukan Lisa dan Lisa tidak ingin Naura menjadi sepertinya yang membuat orang tuanya sangat tersiksa akibat sikap anaknya yang sampai melukai dan ingin mengakhiri hidupnya sendiri. Karenanya dia mulai mengerti  bahwa ternyata apa yang menjadikannya kehilangan di masa lalu, Allah akan menggantikannya dengan apa yang kita tidak ketahui. Hingga Ia menemukan kembali sosok sahabatnya yang hilang ada di dalam diri Naura, dan disaat itu Ia harus melepasnya dengan sangat terpaksa.
Kembali saat awal, ketika Ia ingin menitipkan surat kepada Naura, Lisa dengan kesal pergi meninggalknanya karena memang Ia merasakan sakit terhadap penyakit jantung yang sudah parah. Itu adalah alasan mengapa Ia pergi dan ingin meninggalkannya. Namun Naura berhasil menghentikan langkahnya, dan membuatnya meminum segelas kopi yang dicampur susu, ternyata di sela-sela ketidaktahuannya Naura dengan apa yang dilakukan Lisa, Ia memasukan obat antibiotik untuk mengurangi rasa sakit terhadap jantungnya ke dalam minumannya. Dan satu kenyataan lagi yang Naura tidak tahu adalah saat di pertengahan dosen mulai  menerangkan materi, mengapa Lisa selalu tertidur dan tidak sadarkan diri adalah karena sebelumnya Ia telah meminum obat untuk mencegah kumatnya penyakit, di saat Ia ada di dekat Naura dan orang-orang sekelilingnya. Dan saat Lisa pamit kepada Naura untuk menemui neneknya yang sakit, sebenarnya Lisa melakukan operasi jantungnya yang semakin memburuk. Lisa sangat menyesal dengan apa yang Ia lakukan di masa lalunya, Ia bahkan ingin bisa mengulang dan memperbaiki semuanya jika Ia bisa lakukan, namun pada kenyataannya semua tak dapat Ia lakukan, Lisa yang ingin tetap hidup dan terus bersahabat dengan Naura tidak bisa mengambil kesempatan itu akibat tindakannya yang dilakukannya dahulu. Naura dan Lisa adalah orang yang sama-sama merasakan kehilangan orang yang dianggapnya berarti, dan kini mereka dipertemukan menjadi sepasang sahabat. Namun takdir memisahkan mereka di saat keinginan mulai menyatu. Satu Pesan yang Lisa tuliskan untuk Naura.
“Untuk Naura Sahabatku.
Ra, apapun kejadian yang kamu hadapi kelak, jangan kau jadikan hal yang sama menimpamu seperti yang aku rasakan, hargai hidupmu, cintai dirimu untuk orang-orang yang menyayangimu, jangan buat orang di sekitarmu merasakan kehilangan dirimu. Cukup kita yang merasakan kehilangan. Jangan karena aku tidak bisa berada di sampingmu dan meninggalkanmu menjadikan penghalang bagi hidupmu kelak Ra. masih banyak kisah dan pertemuan yang nantinya akan kamu lalui. Ra terima kasih, karena dirimu aku bisa pergi dengan tenang, dan bisa menghabiskan sisa waktu yang bisa lebih aku hargai. Aku mohon Ra, terus maju dalam hidupmu, raih cita-cita yang kamu ingin capai, berikan itu untuk Orang tuamu dan aku akan sangat bangga terhadapmu.” Pesan yang dituliskan Lisa untuk Naura sahabatnya.
Akhir yang membuat Naura merasa bersalah sekaligus membuatnya mengerti akan indahnya hari yang telah dilewati, hingga akhirnya ia dipertemukan dengan sahabat yang selalu ada di dalam hatinya. Walau jiwanya telah pergi, semua itu tak membuat Naura terputus di tengah jalan. Seperti yang diharapkan Lisa, sahabatnya yang ada dan tiada untuk dirinya. Naura menjadi lebih menghargai hidupnya dan bisa membuat orang di sekitarnya bangga akan dirinya dengan keberhasilannya yang mendapatkan beasiswa di luar Negeri untuk S2 di Turki. Ia berhasil mewujudkan harapannya dan membuat Orang tuanya bangga akan hal itu. Itulah mereka yang akan menutup cerita kita dan hidup kita untuk tetap lebih mencintai dan lebih menghargai hidup untuk orang-orang yang sangat menghargai keberadaan kita dan yang menyayangi kita.
Oleh: Rizka Nurhaeda (Tempura)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar